Semut dan Kupu-kupu

DI hutan yang sangat lebat di sana banyak perpohonan yang sangat rindang, ditumbuhi oleh rerumputan yang sangat segar. Ada satu pohon yang sangat besar, di bawahnya terdapat sarang semut dimana para semut tinggal. Pagi hari yang cerah matahari terbit sebelah timur. Ayam jantan pun berkokok “Ku….kuk..ru…yuk…”
Sang semut pun bangun ia berkata, “Ah, sudah pagi rupanya aku mau pergi dulu ah cari makan.” Ditengah perjalanan langit yang tadinya cerah, berubah menjadi hitam. Beberapa menit kemudian hujan turun dengan derasnya. “Aduh kenapa awannya berubah menjadi hitam dan turun hujan, aku bingung mau sembunyi di mana,” kata sang semut kebingungan.
Ketika hujan berhenti, sang semut melanjutkan perjalanannya. Di tengah perjalanan ia melihat sesuatu, “Ih…itu apa yah, aku lihat ah,” semut berkata.
Ilustrasi%2BCerpen%2BAnak%2BFabel%2BKoran%2BAnalaisa%2Bedisi%2BMinggu%2B28%2BJanuari%2B2018
Ternyata itu adalah kepompong. “Ih kamu jelek, kecil lagi. Tengok aku besar dan kuat,” Semut berkata sambil mengejek.
Tiba-tiba ia terpeleset dalam lubang dan kakinya tersangkut tidak bisa keluar dari lubang tersebut. “Aduh kakiku tersangkut bagaimana ini? tolong…tolong…tolong keluarkan kakiku dari sini!” kata semut mencari bantuan.
Tiba-tiba awan tertutup, ternyata itu adalah kupu-kupu.
“Siapa kamu?” kata semuat bertanya.
“Aku adalah kepompong yang kamu ejek,” kata kupu-kupu menjawab. “Ayo aku akan bantu kamu,” kata kupu-kupu.
Semut berkata, “Bagaimana caranya?”
Kupu-kupu berkata, “Caranya kamu lompat dan pegang kakiku.”
“Yah, baiklah,” kata Semut.
Akhirnya semut berhasil keluar dari lubang tersebut. Kupu-kupu pun mengangkat semut ke daratan.
Semut merasa malu karena dulu ia pernah mengejek sang kupu-kupu. Semut berkata, “Kupu-kupu aku minta maaf ya karena aku pernah mengejekmu.”
“Iya, aku maafkan. Sekarang kita berteman ya?” kata kupu-kupu memaafkan.
Semut berkata, “Baiklah, aku akan menjadi temanmu.”
Akhirnya mereka pun menjadi teman yang saling tolong menolong. ***
(Penulis adalah siswi kelas VI SDN 028226)


Rujukan:  
[1] Disalin dari karya Nindyta Awaliyah
[2] Pernah tersiar di surat kabar “Analisa” edisi Minggu 28 Januari 2018

You might also like

Hidup kita itu sebaiknya ibarat “Bulan 🌙 & Matahari” 🌞 dilihat orang atau tidak, ia tetap Bersinar. di Hargai orang atau tidak, ia tetap menerangi. di Terima kasihi atau tidak, ia tetap “Berbagi” ツ