Cuci Paru-paru

MINGGU pagi ini Dhini rencananya diajak pergi kakaknya, Kak Ratna, jalan-jalan ke hutan pinus Mangunan, Yogyakarta.
“Ayo, Dik, cepetan ganti bajunya! Nanti keburu siang. Kakak ingin segera cuci paru-paru di hutan pinus Mangunan!” ujar Kak Ratna.
“Hah, cuci paru-paru?” tanya Dhini polos.
Kak Ratna tersenyum. “Setiap hari, banyak polusi udara yang kita hirup dari udara yang kotor akibat asap rokok maupun asap knalpot kendaraan. Nah, itu semua menyebabkan dampak yang tidak baik bagi kesehatan paru-paru kita, Dhini. Karena itu kita perlu cuci paru-paru.”
“Lalu bagaimana caranya, Kak, cuci paru-paru di hutan pinus Mangunan itu?” Dhini masih belum mudheng.
Ilustrasi%2BCerpen%2BAnak%2BNusantara%2BBerturut%2BKoran%2BKompas%2Bedisi%2BMinggu%2B19%2BNovember%2B2017
“Ini nanti kita pergi ke hutan pinus Mangunan, tempat di mana ada banyak sekali pohon pinus. Lalu di sana, kita jalan-jalan keliling hutan untuk menghirup aroma pinusnya dalam-dalam. Oksigen di sekitar pohon pinus itu segar sekali, sehingga akan membersihkan paru-paru kita dari dalam. Kalau paru-paru kita bersih, darah yang terpompa ke otak juga bersih, perasaan kita jadi lebih tenang,” jelas Kak Ratna.
Dhini manggut-manggut. Ia segera berganti baju, dan lalu ikut Kak Ratna berangkat ke hutan pinus Mangunan.
Dhini berdecak kagum ketika sampai di hutan pinus Mangunan. Ia melihat banyak pohon pinus menjulang tinggi di sana. Dan benar sekali, di tempat ini udaranya sangat segar.
Di hutan pinus itu, Dhini juga menikmati suara desir ranting pohon yang bergoyang, ditambah suara burung saling bersahutan. Dhini bersama Kak Ratna lalu berjalan keliling hutan.
“Kakak benar, di sini sangat segar, sehingga kita bisa cuci paru-paru. Tapi sayang banget ya, Kak, kita bisa ke sini cuma di hari libur,” ucap Dhini kemudian.
“Kamu tidak usah khawatir, Dik. Kita bisa kok melakukan cuci paru-paru di lingkungan rumah kita sendiri. Asal kita mau menciptakan lingkungan yang asri,” tanggap Kak Ratna.
“Oh ya, bagaimana caranya? Dhini mau Kak,” sahut Dhini antusias.
“Dhini harus menanam pohon!”
“Pohon apa, Kak? Pohon pinus seperti di hutan ini?”
“Pohon apa saja bisa kita tanam, Dik. Karena menanam pohon memiliki banyak maanfaat bagi manusia. Selain bermanfaat bagi kesehatan seperti cuci paru-paru tadi, pohon juga bisa berfungsi untuk berteduh di siang hari, juga bisa mencegah banjir dan tanah longsor, selain itu pohon memberikan keindahan pada lingkungan kita,” jelas Kak Ratna.
Dhini mengangguk, tanda mengerti.
“Kak, pulang nanti, kita mampir ke toko tanaman, ya? Dhini mau beli bibit pohon. Boleh, kan?” pinta Dhini.
“Tentu boleh dong, Dik.”
Kemudian Kak Ratna menngelar tikar dan duduk bersama Dhini, memakan bekal yang mereka bawa dari rumah sambil menikmati pemandangan hutan pinus. 
Rujukan:  
[1] Disalin dari karya Yeni Endah
[2] Pernah tersiar di surat kabar “Kompas” rubrik Nusantara Bertutur edisi Minggu, 19 November 2017

You might also like

Hidup kita itu sebaiknya ibarat “Bulan 🌙 & Matahari” 🌞 dilihat orang atau tidak, ia tetap Bersinar. di Hargai orang atau tidak, ia tetap menerangi. di Terima kasihi atau tidak, ia tetap “Berbagi” ツ