Ayam dan Musang

PADA suatu hari seekor musang yang kelaparan mencari makanan di dekat desa. Perlahan-lahan ia menggerakkan badannya yang kurus melintasi padang. Ketika hari hampir gelap, tiba-tiba musang tersebut mencium bau lezat seekor ayam. Musang itu mendongak ke atas dan tampaklah olehnya seekor ayam sedang tidur di dahan pohon.
Si musang sangat ingin menyantap ayam itu. Sayang ia tidak dapat naik ke atas pohon. Musang lalu mencari akal untuk menipu ayam agar turun dari pohon. Musang mendekatkan diri ke batang pohon dan dengan lemah lembut memanggil ayam, “Hai, temanku yang baik, bangun! Aku membawa pesan khusus dari raja kita. Kata Raja, sejak saat ini semua binatang yang pernah bermusuhan harus berteman. Tidak boleh bertengkar lagi. Kita harus hidup bersama dengan damai dan harmonis. Karena itu, mari kita mulai bersahabat sekarang. Turunlah dari tempatmu sehingga kita bisa berpelukan seperti saudara.”
Ayam%2Bdan%2BMusang
Ketika mendengar suara musang, ayam langsung terbangun. Dia melihat musuh lamanya bersiap melompat ke dekat batang pohon. Ayam merasa curiga. Ia tidak langsung percaya pada musang. Setelah berpikir sejenak, ia menjawab lembut, “Wahai temanku tersayang, pesanmu dari Raja sangat indah. Ya, memang seharusnya kita saling mencintai dan hidup dengan damai. Aku ingin turun dan berdamai denganmu. Tapi tunggu sebentar, ya. Temanku anjing, tinggal bersamaku di sini. Dia sedang ke hutan mencari makanan. Jika ia sudah kembali, barulah aku akan turun dan kita bertiga merayakan persahabatan kita.
Kemudian ayam berdiri dan membuka sayapnya. Dia menoleh ke arah utara dan berteriak ke arah hutan, “Anjiiing, pulanglah sekarang! Temanmu musang menunggumu di sini!”
Saat tidak ada jawaban dari hutan, Ayam kembali memanggil anjing dengan berteriak lebih keras, “Hoooi, anjing, apa kau dengar suaraku? Kembalilah, temanmu musang menunggu.”
Musang yang sudah ketakutan merasa mendengar anjing datang. Dia sangat takut karena anjing adalah musuh bebuyutannya. Musang mulai beringsut menjauhi pohon itu. Melihat itu ayam berkata, “Musang, jangan pergi dulu. Tunggulah sebentar, anjing teman kita akan segera tiba.”
Tetapi musang semakin gelisah dan ketakutan. “Maaf, aku tidak dapat menunggu lebih lama lagi. Aku harus menyampaikan pesan Raja kepada semua hewan di hutan.” Dalam sekejap musang segera berlari ke dalam hutan. Ayam melihat kepergian musang, kemudian merapatkan sayapnya dan kembali tidur.
Rujukan:
[1] Disalin dari karya Musyarofah Muhidin
[2] Pernah tersiar di “Majalah Bobo” no. 36 Tahun XXVIII 7 Desember 2000

You might also like

Hidup kita itu sebaiknya ibarat “Bulan 🌙 & Matahari” 🌞 dilihat orang atau tidak, ia tetap Bersinar. di Hargai orang atau tidak, ia tetap menerangi. di Terima kasihi atau tidak, ia tetap “Berbagi” ツ