Rossea dan Impiannya

SUATU hari, seorang anak perempuan keluar dari gubuk tempat tinggalnya. Ia membawa kue-kue yang akan dijual kepada tetangga-tetangga dekat. Anak itu bernama Rossea, nama lengkapnya Alicia Rossea Monkreat. 
”Kue, kue! Ayo beli kue buatanku sendiri! Ini masih hangat lo!” seru Rossea.
”Rosse! Kemarilah!” panggil Nyonya Chintya.
”Ada apa, Nyonya? Kenapa Nyonya memanggil saya?” tanya Rossea. 
”Tentu saja aku ingin membeli kuemu, Rosse. Apakah aku mau membeli sepatu?” canda Nyonya Chintya. 
Itulah yang Rossea sukai. Dia selalu mendapat kebahagiaan dari orang-orang yang dekat dengannya.
”Berapa semua?”
”Lima keping koin emas, Nyonya Chintya,” kata Rossea. 
”Ini,” Nyonya Chintya menyerahkan uang.
”Terlalu banyak, Nyonya.”
”Sudah, kamu tabung saja.”
***
KEESOKAN hari, Rossea duduk di depan rumah, tempat dia dan sang Ibu tinggal. ”Rosse, sedang apa kau di sini?” tanya Ibu.
”Ah, tidak apa-apa Bu.
Hanya melihat anak-anak itu,” jawab Rossea. 
”Coba katakan saja kepada Ibu kenapa?” kata Ibu mengulang pertanyaannya.
”Mereka bisa sekolah, kenapa aku tidak?” kata Rossea sedih.
”Suatu hari nanti kau akan seperti anakanak itu, Nak” ucap Ibu sambil mengelus kepala Rossea. 
”Semoga saja, Bu.”
***

SEJAK saat itu, Rossea selalu bersemangat menjual kue-kue buatan Ibu. Dia berharap Ibu akan menyekolahkannya. 
”Kue, kue! Kue sehat dan hangat!” kata Rossea seperti biasa.
”Rosse, kenapa kamu tidak bersekolah?” tanya Pak Robert, penjahit baju.
”Tidak, Pak Robert. Ibu tak punya biaya untuk membayar uang sekolah,” ujar Rossea.
Pak Robert merasa iba mendengar penjelasan Rossea.
”Kurasa kau pantas sekolah, Nak. Aku akan mengurus biayanya,” kata Pak Robert.
”Benarkah, Pak?” Rossea memastikan ucapan Pak Robert.
Pak Robert mengangguk. Rossea berlari menuju gubuknya dan memberi tahu Ibu berita membahagiakan itu.
”Ibu! Ibu!” panggil Rossea.
”Ada apa?” tanya Ibu sambil memberikan segelas air.
Ilustrasi 2BCerpen 2BAnak 2Bkoran 2BSuara 2BMerdeka 2Bedisi 2BMinggu 2B11 2BFebruari 2B2018
”Besok Pak Robert akan membawaku ke sekolah, Bu!” 
Wajah Ibu terlihat sedih. 
”Ibu tidak suka aku pergi ke sekolah?” tanya Rossea.
”Bukan begitu. Ibu takut Pak Robert akan meminta uang atas bantuannya,” kata Ibu.
”Tidak apa-apa, Bu Aisye. Saya tidak mengharapkan imbalan apa pun dari Ibu,” kata Pak Robert yang tiba-tiba saja sudah berada di depan pintu.
”Terima kasih,” ujar Ibu sambil menangis.
”Sudahlah Ibu, jangan menangis,” hibur Rossea. 
Ibu mengangguk dan menyeka air matanya.
***
KEESOKAN hari, Rossea berangkat sekolah diantar Pak Robert. Rossea sangat bersemangat karena hari pertama dia bersekolah. 
”Rosse, Bapak hanya bisa mengantar kamu sampai di sini. Nanti siang Bapak akan menjemputmu. Semoga harimu menyenangkan!” Pak Robert meninggalkan Rossea di depan ruang kelas.
”Permisi,” ujar Rossea sambil mengetuk pintu ruang kelas. 
”Miss Selly, ada anak baru!” seru seorang anak perempuan berambut keriting memakai pita.
”Ayo masuk,” ajak Miss Selly. ”Silakan perkenalkan dirimu pada teman-teman.”
”Perkenalkan, namaku Alicia Rossea Monkreat. Kalian semua bisa memanggilku Rosse. Aku bersekolah karena bantuan Pak Robert. Kuharap ada yang mau menjadi sahabatku,” kata Rossea.
”Baiklah Rosse, kamu bisa duduk di sebelah Rachel,” kata Miss Selly.
”Anak-anak, sekarang saya akan memberi waktu setengah jam untuk menulis impian atau cita-cita kalian. Setelah bel pertama berbunyi kalian harus maju ke depan kelas,” kata Miss Selly.
Saat giliran Rossea maju ke depan kelas. ”Hai! Aku Alicia Rossea Monkreat. Aku anak tunggal dari pasangan Ibu Aisye Sarah dan Bapak Louis Monkreat. Ayahku meninggal karena kecelakaan. Impian terbesarku bisa menjadi seseorang sesuai dengan harapan Ibu dan mendiang ayahku. Cita-citaku menjadi orang yang bermanfaat bagi semua orang,” kata Rossea lantang.
Semua anak bertepuk tangan. Saat istirahat, ada seorang anak menghampiri Rossea.
”Kamu tidak ke kantin?” tanya anak yang bernama Nicole. 
”Tidak, aku tidak bawa uang, Nicole. Aku akan makan di rumah,” ujar Rossea. 
”Ini, ambillah bekalku,” kata Nicole. 
”Terima kasih,” Rossea memeluk Nicole.
Kini, Rossea sudah dewasa. Ia selalu berdoa dan berusaha sampai sukses menjadi guru. Dia mengajar sampai ke pelosok-pelosok Indonesia. (58)
Rujukan:  
[1] Disalin dari karya Kinanti Gurit Wening
[2] Pernah tersiar di surat kabar “Suara Merdeka” edisi Minggu 11 Februari 2018

You might also like

Hidup kita itu sebaiknya ibarat “Bulan 🌙 & Matahari” 🌞 dilihat orang atau tidak, ia tetap Bersinar. di Hargai orang atau tidak, ia tetap menerangi. di Terima kasihi atau tidak, ia tetap “Berbagi” ツ