Mari Sayangi Kukang

ARDI menghabiskan liburan di rumah Paman Purbo, adik ayah. Paman bekerja sebagai perawat satwa di sebuah Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Satwa di daerah Ciapus, Bogor, Jawa Barat.
Siang itu, Ardi diajak paman ke tempat kerjanya. Paman hendak memeriksa satwa yang baru tiba di Pusat Penyelamatan dan Rehabilitasi Satwa. Ketika memasuki sebuah ruangan, Ardi melihat sebuah kandang berukuran sedang. Di dalam kandang, terdapat dua ekor hewan berbulu cokelat tebal. Kedua matanya bulat sempurna, dengan lingkar mata berwarna cokelat gelap.
“Hewan apa ini, Paman?” tanya Ardi. “Seperti monyet, ya?”
Ilustrasi%2Bcernak%2Bnusantara%2Bbertutur%2BKoran%2BKompas%2Bedisi%2BMinggu%2B24%2BDesember%2B2017%2Bkarya%2BRegina%2BPrimalita
“Itu namanya kukang,” jelas paman. “Baru saja tiba tadi pagi. Kukang ini terlantar sampai di rumah-rumah penduduk, karena habitatnya di alam sudah rusak karena ulah segelintir manusia. Nanti, setelah diperiksa kondisi kesehatannya, kukang-kukang ini akan dipindah ke kandang rehabilitasi.”
“Bolehkah Ardi melihat kukang di kandang rehabilitasi?” Ardi bertanya lagi.
“Tentu boleh, ayo ikut Paman,” Paman Purbo beranjak menuju kandang besar di area pusat rehabilitasi itu. Beberapa rumpun bambu tumbuh dalam kandang.
“Mana kukangnya, Paman?” Ardi mendekati kandang dengan penasaran.
“Saat ini, mereka sedang tidur, nanti malam mereka bangun untuk mencari makan. Biasanya kukang tidur dengan menggulung badannya seperti bola, bersembunyi di balik rumpun bambu, agar tidak ada yang mengganggu.”
“Wah, menarik sekali. Nanti Ardi mau minta Ayah untuk belikan kukang. Ardi ingin memelihara kukang lucu.” Ardi menatap paman.
“Tidak boleh, Ardi,” Paman menggeleng. “Kukang ini bukan hewan peliharaan. Ia adalah hewan liar. Tempat tinggal mereka di pohon-pohon tinggi di hutan. Memakan getah pohon, buah-buahan dan berburu serangga. Kukang-kukang ini hanya sementara di sini. Setiap hari, kondisi kesehatan dan tingkah laku mereka dipantau. Jika sudah sehat, mereka akan dilepaskan ke hutan.”
“Oh, begitu, ya,” Ardi mengangguk-angguk.
Lalu, paman menjelaskan, kukang adalah hewan langka yang dilindungi. Mereka banyak diburu dijadikan hewan peliharaan, karena rupanya yang lucu. Agar tidak menggigit, gigi mereka dipotong hingga terluka. Saat siang hari sering diajak bermain, padahal siang adalah waktu tidur mereka.
“Kasihan sekali,’ tanggap Ardi sedih. “Giginya pasti terasa sakit. Mereka juga pasti mengantuk karena diajak bermain di siang hari.”
“Oleh karena itu, kita harus menyayangi mereka. Bukan dengan memelihara di rumah. Melainkan dengan tidak mengganggu dan membiarkan mereka hidup bebas di hutan habitatnya.”
“Iya, Paman, mereka pasti lebih bahagia tinggal di habitatnya,” Ardi mengangguk setuju. 
Rujukan:  
[1] Disalin dari karya Dyah Laksmi Nur Jannah
[2] Pernah tersiar di surat kabar “Kompas” rubrik Nusantara Bertutur edisi Minggu, 24 Desember 2017

You might also like

Hidup kita itu sebaiknya ibarat “Bulan 🌙 & Matahari” 🌞 dilihat orang atau tidak, ia tetap Bersinar. di Hargai orang atau tidak, ia tetap menerangi. di Terima kasihi atau tidak, ia tetap “Berbagi” ツ