Cerita Nenek

Lagi-lagi gaduh!
“Buruan, aku telat nih!” teriak Edo dari depan kamar mandi.
“Salah sendiri bangun kesiangan!” Eda menghentikan senandungnya untuk menyahut, lalu kembali bersenandung.
“Hentikan dong, telingaku capek dengar suaramu!”
“Masa bodoh, tutup saja kupingmu!”
Ilustrasi 2BCerita 2BAnak 2BMajalah 2BBobo 2Bedisi 2BNo. 2B18 2BXXIX 2B01Hiruk-pikuk macam itu terdengar tiap pagi, kecuali hari Minggu dan hari libur. Penyebabnya adalah kebiasaan Eda yang selalu bernyanyi atau bersenandung tiap kali ke kamar mandi. Kebiasaan itu membuat dia terlalu lama berada di kamar mandi. Tentu tidak apa-apa jika di rumah tersebut ada lebih dari satu kamar mandi. Celakanya, hanya ada satu kamar mandi untuk ayah, ibu, dan dua anak kembar itu!
Ibu pusing menghadapi Eda. Anak manis tersebut selalu punya alasan mengapa mesti bersuara di kamar mandi.
“Biar nggak dingin! Ibu tahu sendiri kan, brrr … dinginnya air waktu pagi!”
“Ibu percaya tidak? Kalau Eda nyanyi keras-keras, tak ada kecoak yang berani menampakkan diri!”
Dan seterusnya, dan sebagainya.
Ibu tidak kalah bingung berhadapan dengan Edo. Anak laki-laki periang itu tak berhenti merengek dibuatkan kamar mandi lagi.
“Do, Ayah Ibu kan baru saja menggunakan banyak uang untuk membeli rumah ini. Kecil-kecil begini ini rumah kita sendiri. Daripada dulu, kita tinggal di rumah kontrakan satu ke rumah kontrakan lain. Sabar ya, jika sudah ada uang, pasti dibuatkan.”
“Ah, Ibu …!”
Anak tersebut tak pernah kehabisan kata-kata untuk meminta.
Hari Sabtu Ayah pulang kantor lebih awal. Yang menggembirakan, kata Ayah Nenek akan datang. Cihui, bakalan ada banyak oleh-oleh dan cerita asyik!
Sore hari Nenek datang. Seru, akhir pekan itu benar-benar menyenangkan! Hari Minggunya pun tak kalah mengasyikkannya.
Namun, apa yang terjadi keesokan harinya? Akankah dua bersaudara tersebut membuat keributan juga? Tidak malukah mereka pada Nenek?
Nenek ke luar rumah untuk jalan-jalan pagi itu. Oleh karena itu, ketika Eda melakukan kebiasaannya setiap kali ke kamar mandi, dengan keras Edo memperingatkan. Dan apa yang terjadi pada hari-hari sekolah sebelumnya pun berlangsung kembali. Persis seperti film yang sedang diputar ulang. Bagaimanapun Ibu sedikit lega karena Nenek tak perlu mendengar betapa gaduhnya kedua cucu kesayangan Nenek itu.
Saat makan pagi, Nenek sudah kembali dan bergabung makan bersama mereka.
Ketika sedang asyik menyuap makanan, tiba-tiba Nenek bercerita.
Ilustrasi 2BCerita 2BAnak 2BLawas 2BMajalah 2BBobo 2Bedisi 2BNo. 2B18 2BXXIX 2B01
“Kalian tahu? Tadi, saat Nenek melintas di jalan belakang situ, Nenek mendengar ada anak yang bertengkar. Aduh, seru sekali! Kok ada ya anak yang suaranya keras sekali seperti itu?!!”
Tanpa diberi aba-aba, Eda dan Edo menghentikan suapan mereka.
Nenek tetap asyik dengan makanan dan ceritanya.
“Sepertinya sih, yang ribut itu anak laki-laki dan perempuan. Kira-kira … sebesar kalian.” Nenek memandang kedua cucunya.
Dua anak kembar tersebut menunduk, tapi tak berani menatap Nenek.
“Nenek membayangkan, betapa sedihnya bila Nenek yang menyayangi mereka tahu. Nenek sungguh bersyukur, untung bukan cucu Nenek yang bertingkah seperti itu!”
Eda dan Edo saling curi pandang. Mereka tak berani bersuara sampai makanan di piring mereka habis. Mereka tidak tahu, apakah Nenek sungguh-sungguh tidak tahu atau pura-pura tidak tahu. Yang jelas, sejak Selasa pagi tak terdengar lagi nyanyian atau senandung Eda di kamar mandi. Bahkan ketika Nenek sudah pulang sekalipun. *****
Rujukan:
[1] Disalin dari karya L. Heni S.
[2] Pernah tersiar di “Majalah Bobo” edisi No. 18/XXIX/01

akhir cerita nenek tapasyaAnak HebatAnak SehatBelajar Bahasacerita alkisah nenek kebayanCerita Anakcerita anak bobocerita anak nenek sihircerita asal nenek kebayancerita asal usul nenek gayungcerita asal usul nenek kebayancerita asal usul nenek moyangcerita asal usul nenek moyang bangsa indonesiacerita asal usul nenek moyang indonesiacerita dongeng nenek emascerita dongeng nenek sihircerita dongeng nenek yang ceriacerita hantu di rumah nenekcerita hantu nenek anicerita hantu nenek tuacerita hantu seram nenek kebayancerita horor rumah nenekCerita Majalah Bobocerita nenek dan ikan gabuscerita nenek gayungcerita nenek gayung full moviecerita nenek gayung seramcerita nenek iroh baim wongcerita nenek kebayacerita nenek kebayancerita nenek kebayan bahasa indonesiacerita nenek kebayan upin ipincerita nenek lampircerita nenek luhucerita nenek luhu amboncerita nenek moyangcerita nenek moyang bangsa indonesiacerita nenek moyang chordcerita nenek moyang covercerita nenek moyang indonesiacerita nenek moyang zaman dahulucerita nenek moyangku chordcerita nenek moyangku seorang pelautcerita nenek pakande yang singkatcerita nenek seramcerita nenek si bongkok tigacerita nenek sihircerita rakyatcerita rakyat ambon nenek luhucerita rakyat nenek kebayancerita rakyat nenek luhucerita rakyat nenek mallomocerita rakyat nenek pakandecerita rakyat nenek pakande singkatcerita sedih nenek dan robotcerita sedih nenek tuacerita sedih tentang nenekcerita sejarah nenek kebayancerita seram rumah nenekcerita singkat nenek luhucerita singkat nenek moyang bangsa indonesiacerita singkat nenek pakandecerita tentang nenekcerita tentang nenek anicerita tentang nenek gayungcerita tentang nenek kebayancerita tentang nenek luhucerita tentang nenek moyangcerita tentang nenek moyang bangsa indonesiacerita tentang nenek sayacerita tentang nenek sihircerita upin ipin nenek kebayanCerpenCerpen AnakCerpen Majalah Bobocontoh cerita anakDongengDongeng anakDongeng anak boboDongeng anak di majalah bobodongeng asli Indonesiadongeng binatangDongeng Bobodongeng fabeldongeng indonesiaDongeng Islamidongeng JenakaDongeng Lawasdongeng mancanegaradongeng rakyatdongeng sebelum tidurFabelinti cerita nenek luhukisah cerita rakyat nenek luhuKumpulan Cerita BoboKumpulan cerita dongeng anak duniaKumpulan Cerita Majalah boboKumpulan Cerpenkumpulan dongengKumpulan Puisi AnakMajalah BoboPuisi dan Sajak Anakringkasan cerita rakyat nenek pakandesejarah cerita nenek luhuvideo dongeng
You might also like

Hidup kita itu sebaiknya ibarat “Bulan 🌙 & Matahari” 🌞 dilihat orang atau tidak, ia tetap Bersinar. di Hargai orang atau tidak, ia tetap menerangi. di Terima kasihi atau tidak, ia tetap “Berbagi” ツ